Rabu, 13 Maret 2013

Sejarah Kelurahan Lambara



Dalam berbagai literatur sejarah dikemukakan bahwa peradaban manusia  dimulai dengan terbentuknya komunitas-komunitas sebagai persekutuan hidup berpindah-pindah sebagai pemburu, peramu, berlayar dari satu tempat ke tempat yang lain, lalu kemudian menetap dalam satu wilayah yang dianggap memungkinkan dalam jangka waktu lama.
Catatan-catatan sejarah terbentuknya kehidupan bermasyarakat sesungguhnya berlaku pula diberbagai etnis di Sulawesi Tengah pada umumnya, dan tentu saja menyangkut perubahan masyarakat di Kelurahan Lambara. Sejarah terbentuknya dimulai pada masa dimana masyarakat sudah hidup sebagai masyarakat yang terorganisir (telah mengenal sistem pemerintahan). Sehubungan dengan pemberian nama menurut responden yang diwawancarai umumnya memberikan jawaban yang terdiri dari peristiwa utama.
Pertama, pemberian nama yang didasarkan pada kejadian atau peristiwa alam yang terjadi diwilayah ini. Peristiwa tesebut adalah adanya sungai yang mengalir ditengah-tengah wilayah ini serta menghanyutkan pohon, ranting dedaunan dari gunung. Peristiwa ini berulang-ulang terutama pada musim  penghujan.
Berdasarkan peristiwa seperti itu masyarkat diwilayah aliran sungai tersebut sepakat memberi nama dengan nama Tavaili. Tava berati daun Ili berarti mengalir, sehingga kata Tavaili diartikan sebagai daun yang mengalir (daun yang hanyut).
Kedua, pemberian nama yang didasarkan pada suatu peristiwa yang menyangkut masalah pencaharian, dilakukan secara gotong. royong. Kata Tavaili terdiri dari Tava berarti giliran sedangkan Ili diambil dari kata Kaili Jadi Tavaili berarti kerja secara bergiliran yang dilakukan secara bergotong royong dilokasi sekitar pohon Kaili.  Dengan pemberian nama yang dikemukakan responden tersebut, maka jelas Tavaili adalah  merupakan suatu wilayah yang luas dan strategis ditengahnya mengalir sungai yang sering menghanyutkan bebatuan, dedaunan, pohon kayu dan sebagainya. Peristiwa ini disaksikan oleh masyarakat di wilayah ini secara terus menerus, pada akhirnya mereka mengambil suatu kesepakan untuk memberikan nama Tavaili.
Selain itu keterangan lain menyebutkan bahwa To Kaili diwiliayah Kecamatan Palu Utara memiliki sifat gotong royong yaitu untuk kepentingan bersama. Sifat ini merupakan warisan budaya yang turun menurun. Lokasi pekerja itu ditetapkan berada pada sebuah pohon besar (pohon Kaili) yang disekitarnya terhampar tanah yang luas dan subur. Dengan sifat gotong royong itu pulalah sehingga muncul ide untuk memberikan nama Tavaili. Nenek moyang To Kaili  di Tawaeli mendiami empat lokasi yakni: Nupabomba, Lambara, Panau dan Baiya.
Dengan adanya dorongan sosial manusia untuk hidup dengan yang lainnya dalam suatu golongan tertentu, dorongan untuk membentuk berdasarkan sifat dan ketentuan maupun didasarkan atas kebutuhan yang sama dan juga adanya dorongan integrasi pada daerah tertentu dimana ia mau tinggal. Disinilah lambat laun terbentuklah desa yang alam sekelilingnya juga turut membentuk dan berpengaruh dalam pembentukan golongan sosial yang bertempat tinggal dalam suatu tempat sehingga dari sinilah dapat membentuk kelompok-kelompok sosial yang mempunyai peraturan-peraturan atau ketentuan disesuaikan dengan masyarakatnya.
Begitu juga dengan masyarakat atau penduduk yang ada di Kelurahan Lambara Wilayah  Kecamatan Palu Utara, terbentuk karena dapat dipengaruhi  oleh keadaan alam dan juga pengaruh dari kelompok-kelompok yang didasarkan atas kepentingan untuk mempertahankan hidup.
Jadi Lambara adalah padang rumput atau tempat pengembalaan ternak masyarakat,  karena adanya perubahan pada masyarakat yang dulunya berpindah-pindah dari lereng gunung yaitu Desa Liku. Setelah sekian lama mereka tinggal disana berpindah lagi ke Lambara dan membentuk kelompok sendiri.  Kemudian terpecah menjadi dua, yaitu sebagian mereka menetap dan sebagian mereka berpindah dekat sungai. Kepindahan kedaerah baru ini, karena menginginkan perubahan yang lebih baik. Mereka membuka persawahan untuk menjaga kelangsungan hidup dan bukan bercocok tanam berpindah-pindah lagi.  Selanjutnya sebagian masyarakat menceritakan bahwa asal mulanya masyarakat yang mendiami wilayah ini adalah dari (To Manuru) yang menjelma melalui Volombulava (bambu berwana kuning seperti emas).
Volombulava hanya dipakai oleh para bangsawan atau Madika yang dianggap turunan dewa dalam upacara kenduri atau perkawinan, rakyat biasa tidak diperkenankan untuk memakainya. Selanjutnya sebelum terbukanya Kelurahan Lambara, wilayah ini berbentuk kerajaan yang kuat dan disegani sampai berakhirnya bentuk kerjaan dan Pemerintahan Magau (Raja) diganti dengan pemerintahan Distrik sekitar tahun 1954. Adapun yang pernah menjabat sebagai pimpinan Kelurahan  Lambara yang saat ini terdiri dari 4 RW semenjak berstatus desa (kampung) sampai kelurahan masing-masing :
1)            Pue Tamali                      Tahun 1890-1900
2)            Malahado                        Tahun 1900-1937
3)            Lasilote Malahado            Tahun 1937-1942
4)            Zaenuddin Malahado        Tahun 1942-1959
5)            Dg. Mangindo Raja Kana    Tahun 1959-1961
6)            Djafri Lagontingo             Tahun 1961-1982
7)            Toto Jondose                   Tahun 1982-1986
8)            Pelman Malahado              Tahun 1986-1992
9)            Toto Hi. Lasupu                Tahun 1992-1998
10)         Feri Lamakampali BA         Tahun 1998-1999
11)         Drs. Muchlis                      Tahun 1999-2002
12)         Tafip, S.Sos                      Tahun 2002-2005
13)         Gasli                                Tahun 2005-2006
14)         Zulkifli, S.Sos                    Tahun 2006-2008
15)         Safrudin, S.Sos                  Tahun 2008-sekarang

4.1       Geografi Dan Administrasi
Kelurahan Lambara merupakan salah satu kelurahan pada wilayah Kecamatan Palu Utara yang juga berfungsi sebagai ibukota kecamatan. Secara umum luas wilayah Kelurahan Lambara kurang lebih 738,68 Ha, terletak memanjang dari arah barat ke timur kurang lebih 8,5 km. Secara Administrasi, batas wilayah Kelurahan Lambara sebagai berikut :
Ø  Sebelah Utara          : Kel. Baiya
Ø  Sebelah Selatan       : Kel. Kayumalue Ngapa
Ø  Sebelah Timur          : Desa Nupabomba dan Kab. Parimo
Ø  Sebelah Barat           : Kel. Panau


Pembagian wilayah administrasi Kelurahan Lambara terbagi atas 4 RW, masing-masing RW terdiri atas 3 RT, dengan penjabaran sebagai berikut :
a)    RW 1 terdiri atas :
·      RT 1 yakni dusun Ramba, terletak di arah barat daya berbatasan dengan Kelurahan Kayumalue Ngapa dan berada di sebelah selatan sungai.
·      RT 2 yakni dusun Anja, terletak di arah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kayumalue Ngapa dan berdampingan dengan RT 1 di sebelah selatan sungai.
·      RT 3 yakni dusun Lembana, terletak di pusat Kelurahan Lambara dan berada di sebelah utara sungai Tawaeli.
b)    RW 2 terdiri atas :
·      RT 4 yakni Pandake, terletak di arah timur RT 3  berbatasan dengan sungai Tawaeli.
·      RT 5 yakni Kampung Tengah, terletak di arah utara RT 3 dan RT 4.
·      RT 6 yakni Posikola, terletak di arah utara RT 5.
c)    RW 3 terdiri atas :
·      RT 7 yakni Parampata, terletak di arah utara RT 6.
·      RT 8 yakni Polumba Jara, terletak di arah timur RT 7 dan di sebelah utara RT4.
·      RT 9 yakni Vavo Ngapa, terletak di timur laut RT 8 dan berbatasan dengan sungai Tawaeli dan Kelurahan Baiya.
d)    RW 4 terdiri atas :
·      RT 10 yakni Liku Binangga, terletak di arah utara sungai Liku dan berbatasan dengan Kelurahan Baiya.
·      RT 11 yakni Liku Sampaga Biru, terletak di arah selatan sungai Liku dan berbatasan dengan desa Nupa Bomba.

RT 12 yakni Liku Akera, terletak antara RT 9 dan RT 10 serta berbatasan dengan Kelurahan Baiya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar